How to read it?

First, read all the whole story first and try to understand it, sometimes i mess the time-line up so it's hard to understand. If you want to feel the story, play the music then read again :)

Selasa, 07 Oktober 2008

P.S I love You

Prolog: 1930an merupakan periode yang harus diingat amerika, dimana terjadi krisis besar - besaran pertama di abad modern dan awal dari perang dunia.

-----------------------

Sejak kecil aku ingin menjadi orang yang berguna. Melihat ayahku yang seorang petani gandum dengan ibu yang sakit - sakitan, sedari aku kecil sudah sering aku membantunya tanpa disuruh. Sering kali aku membantu ayah membajak ladang dengan mesin pembajaknya itu. Saat itu pekerjaan ayahku berjalan baik - baik saja sampai sekitar tahun 1930, negara mengalami Depresi Hebat, saat itu aku baru berumur 10 tahun. Ayah tampak semakin kesulitan, harga - harga semakin naik dan harga gandum ayah turun drastis. Kudengar di radio bahwa seluruh dunia terkena dampak dari Depresi Hebat di negaraku Amerika.

Walaupun begitu, aku dan keluargaku masih bisa hidup dengan hasil kebun kami yang seadanya. Saat itulah aku mengenalnya Donna Perkins. Kudengar perusahaan ayahnya di New York bangkrut, ayahnya adalah pialang saham dan harga saham katanya turun. Aku tidak tahu apa-apa, aku cuma mendengar bisik - bisik ibu dan teman - temanya saat mereka bermain poker dengan bertaruh roti.

Jarang sekali aku melihat anak sesusiaku di daerah ini, rata - rata masih balita dan aku yang tertua di daerah ini, kedatangan Donna Perkins membuatku bahagia. Walaupun aku tidak tau orangnya seperti apa tapi pasti menyenangkan. Aku melihat Donna berjalan di depan rumahku, sepertinya ia sedang sendirian. Kuberanikan untuk menyapanya, "Kamu Donna Perkins kan? Kamu dari New York?" Ucapan polos dari mulutku karena aku ingin punya teman baru. "Iya, kamu siapa?" Suaranya lembut. "Namaku Sam, Sam Allitson... aku tinggal dirumah ini. Nenekmu sangat baik" entah kenapa aku bawa nama neneknya padahal kenal saja tidak, yang kutahu neneknya suka menyirami bunga di pekaranganya.

Itulah perkenalanku dengan Donna, kami berangkat sekolah bersama. Kami tinggal di Dallas, negara bagian Texas. Kala itu sekolah agak jauh untuk berjalan kaki, sejak ada Donna aku selalu memboncengnya dengan sepedaku walaupun lebih lelah tetapi aku merasa senang. Saat aku berumur 13 tahun, Franklin Delano Roosevelt terpilih menjadi presiden, aku suka dia, sepertinya mukanya baik. Begitupun kata ibu, ia berperilaku baik. Donna juga, ia bilang sering bertemu Roosevelt ketika tinggal di New York. Di radio aku juga mendengar bahwa ada orang hebat bernama Albert Einstein yang bermigrasi ke Amerika, kudengar dia menemukan sesuatu yang bernama Atom. Dan aku yakin itu sangat hebat. Kelak aku ingin menjadi orang yang hebat seperti Roosevelt dan Albert Einsten.

Umurku sudah 20 tahun, aku ingin melanjutkan ke universitas, begitu pula Donna. Tetapi ada yang menghalangiku, yaitu keinginanku untuk berguna, bagi negaraku Amerika. Kuputuskan menjadi bagian dari AL. Selama ini memang tidak sia - sia aku mengayuh sepeda bersama Donna ke sekolah. Fisiku yang kuat memudahkan aku diterima di Angkatan Laut. Di Camp aku bertemu banyak teman baru, Bark dari Alabama dan Thomas dari Washington. Thomas adalah orang perancis dia banyak bercerita tentang perjalanan hidupnya. Sayang sekali Thomas tidak bisa melanjutkan pelajaran menjadi AL, sepertinya dia bermasalah dengan kantor imigrasi. Kini aku dan Bark sudah di tempatkan di Hawai, daerahnya cukup panas. Hampir saja aku melupakan Donna, saat di Camp aku sudah cukup terisolasi oleh dunia luar hingga tidak sempat mengirim surat.

Hari pertama aku ditempatkan di kapal bernomor 737, memang bukan kapal utama tapi disini semua menyenangkan. Aku hidup disiplin sekali tetapi disini menyenangkan, Admiralku boleh galak tetapi dia baik sekali. Malam harinya aku menuliskan surat pada Donna, teringat saat itu.. aku memang tidak pernah mengatakan cinta padanya tapi aku aku mencintainya dan diapun sebaliknya.

As I write this letter,
Send my love to you,
Remember that I'll always,
Be in love with you.


Sebagai anak baru, sudah tugasku untuk mengepel dek lantai. Sayangnya aku belum memiliki teman di kapal ini. Semua sibuk dengan tugasnya masing-masing. Saat itu aku melihat di seberang kapalku, ada kapal lain. Aku melihat Bark, sedang mengangkat jangkar. Terlihat dari wajahnya aku tahu Bark sedang ada masalah. Walaupun baru mengenalnya tetapi dia sudah kuanggap saudara laki - lakiku. Di malam hari aku tidak bisa tertidur. Aku rindu rumah, aku rindu Donna. Tidak pernah kurasakan homesick separah ini tiba - tiba aku ingin sekali pulang dan membantu ayah membajak sawah. Kupenjamkan mataku mencoba untuk tidur. Teringat suratku kemarin, tidak mungkin sampai satu hari, perlu seminggu lebih untuk sampai ke Dallas. AKu tidak tahan lagi, kuambil secarik kertas dan kunyalakan lampu pijar dikamarku,

Treasure these few words 'til we're together,
Keep all my love forever,
P.S., I love you.
You, you, you.


aku tidak bisa berkata - kata, tetapi menulis untuk Donna adalah obat mujarab bagiku.

Sudah hampir 3 bulan aku disini, Aku sudah mempunyai beberapa kenalan dari berbagai divisi, dan aku juga tetap berteman dengan Bark. Setiap hari Senin, kami latihan evakuasi darurat. Aku dengar negaraku akan melawan orang Asia. Aku bahkan tidak pernah melihat orang Asia, secara langsung, hanya dibuku saat aku sekolah dulu dan Donna selalu bermimpi untuk kesana. "Tak mungkin kita kalah" ujar teman baruku di kapal,Jonathan. "Amerika adalah negara terkuat, apalagi tempat kita adalah markasnya" Robert menimpalinya, aku diam saja dan tidak ingin memikirkanya, saat itu makan siang. Aku sudah bosan dengan menu ikan, aku suka ikan tapi jika selama 3 bulan makan ikan terus apakah kamu tidak bosan. "Persetan dengan Jepang! bisa apa dia!" Jonathan mengakhiri pembicaraan. Jepang? yang kutahu itu adalah negri dimana orang - orangnya masih berperang menggunakan pedang, bagaimana mereka bisa berperang dengan kita. Aku memang tidak banyak tahu, tapi setidaknya aku sedikit tahu.

Bulan ke 4, aku menerima surat balasan pertama dari Donna. Ia sepertinya sehat - sehat saja dan merindukanku. Musim semi nanti dia akan kuliah. Dia menceritakan apa yang terjadi dalam hidupnya. Kadang kala aku sedih, ingin mendapinginya. Latihan evakuasi semakin gencar dilakukan dari seminggu sekali menjadi 3 kali seminggu. Saat itu aku terbangun tiba - tiba... ada rasa dalam diri untuk menangis. tetapi aku tidak tau. Aku rindu Donna. Aku rindu Ayah dan Ibu.


Pagi itu, aku pergi ke hanggar utama. Dini sekali aku pergi kesana. Semua masih terlelap, cuma beberapa orang saja yang berjaga shift malam. Pagipun tiba, dan tiba - tiba ada ledakan entah dari mana. Alarm evakuasi berbunyi bahwa kita diserang dan ini bukan latihan. Latihan selama ini berguna, aku tidak panik dan segera kembali ke pos ku. Dentuman bom - bom itu menderu di segala penjuru. Aku tidak habis pikir. Tibalah suara ledakan itu mendekat, aku terus berlari ke posku, tetapi kecepatan suara itu begitu cepat.


--------------------------------------------------------------------

Donna dirumahnya mendengar radio bahwa Jepang telah menyerang Amerika. Pearl Harbour yang merupakan kebanggan Amerika telah luluh lantak dengan serangan tiba - tiba Jepang. Donna seketika kaku dan diam, ditangganya ia membaca sepucuk surat

I'll be coming home again to you, love,
And 'til the day I do, love,
P.S., I love you.
You, you, you.


----------------
P.S I love you, Beatles

Tidak ada komentar: