How to read it?

First, read all the whole story first and try to understand it, sometimes i mess the time-line up so it's hard to understand. If you want to feel the story, play the music then read again :)

Rabu, 08 Oktober 2008

Lovefool

Dear, I fear we're facing a problem...

Tanya terbangun dari tidurnya, waktu menunjukan pukul 3 pagi. Kamarnya tampak terlalu besar untuk Tanya yang penakut itu tidur sendirian. Ia bermimpi, untuk kesekian kalinya, hal ini sudah biasa bagi Tanya.

Keluarga Ritcher memang turun temurun menjadi Hakim di Jerman, Kakek moyangnya Gustav adalah orang penting dalam dunia pengadilan di Jerman. Kakak Tanya, Anselm kini sudah siap menggatikan Ayahnya yang sudah cukup tua. Sebagai seorang wanita di keluarga ini Tanya memang tidak bisa menikah dengan sembarang orang. Orang Jerman memang bukan orang hindu yang menganut sistem kasta, tetapi stratifikasi sudah ada. Tanya juga memang tidak mau hidup miskin, sejak dari kecil dia tidak ingin susah. Beruntung ayahnya menjodohkan dia dengan kerabatnya keluarga Herrmann. Walaupun dia termasuk keluarga kaya baru sejak Gustav Richter menjabat menjadi hakim dan keluarga Herrmann baru menjadi ksatria. Anak paling kecil keluarga Herrmann, adalah satu - satunya laki - laki, dia bernama Paul. Tanya dan Paul memang sudah dijodohkan sejak kecil, merekapun tidak menolak dijodohkan. Tak sulit bagi Tanya untuk menyukai Paul, yang periang dan sayang pada hewan. Kucing Tanya, Fantapun sangat menyukai keberadaan Paul. Saat Paul datang, Fanta selalu menghampiri Paul terlebih dahulu.


-------------------------

Hari ini nona Tanya, tidak menghabiskan tehnya. Kuambil cangkir tehnya dan menaruhnya di dapur. Keluarga sudah turun temurun melayani keluarga Ritcher. Frederick Koch, itulah namaku. Aku tinggal dirumah Ritcher sedari aku lahir. Aku tidak ingin menjadi koki dirumah ini , tapi itulah tugas seorang Koch, cuma memasak. Hiburankku satu - satunya adalah melihat tawa nona Tanya.

Andai aku seoran Herrmann tentu aku sudah bersanding dengan Tanya. Aku akan memainkan lagu lagu Beethoven untuk tanya seperti yang sering Paul lakukan, yang aku lakukan hanya membuat Black Forest untuk Tanya di setiap hari ulang tahunya.


--------------------------

you love me no longer, I know
and maybe there is nothing that I can do
to make you do


Sebulan lagi ada perayaan besar di Hamburg, Herrmann dan Richter akan menjadi keluarga besar. Tanya dan Paul akan segera menikah. Herrmann memang menunggu penerus keluarga mereka dari seorang Ritcher yang terhormat. Maret di Hamburg tidak seperti biasanya suhu masih 0 derajat celcius, padahal sudah waktunya musim semi, dan bunga belum berbunga.

Tanya kala itu menyusuri indahnya pemandangan sungai Elbe. Hari itu angin bertiup kencang. Dia menanti Paul untuk datang. Sudah pukul 5 dan Paul belum datang. Tanya tidak penasaran karena ia tahu Paul pasti sibuk dan tidak sempat datang ke sini. Tanyapun pulang dengan kereta kudanya, ia tertidur.


---------------------

Wajah Tanya tampak biru, ia pasti kedinginan. Aku ambilkan teh dan menuangnya untuk nona Tanya. Ia perlahan mengambil cangkirnya, seteguk dia meminumnya. Aku melihat dia meneteskan air mata. "Tanyaku, mengapa kau bersedih!" pikirku dalam hati. Ya, Tanyaku, kekasihku dalam hati. Cuma perlu aku saja yang menyimpan rasa, biarlah Tanya bahagia.

Mama tells me I shouldn't bother
that I ought to stick to another man
a man that surely deserves me
but I think you do!


"Frederick" bibir nona Tanya bergerak memanggilku. Aku tidak sadarkan diri, pertama kalinya aku mendengar namaku dipanggilnya. "Frederick, namamukan?" nona Tanya kembali memanggilku. Aku tidak bisa berkata apa - apa, hanya mengangguk bingung. "Tinggalkan aku sendiri" Tanya menyuruhku keluar. Tanya ada apa dengan dirimu, mengapa engkau bersedih.


-----------------


Ayahku menyuruhku mencuci piring, Adiku Frieda sedang sakit. Aku termenung memikirkan Tanya. Apa yang membuatnya sesedih itu. Tak pernah aku melihatnya bersedih sejak kematian ibunya 5 tahun yang lalu. "Fred, ada surat untukmu" kata Ayahku,seorang kepala koki. Seumur - umur aku tidak pernah dapat surat. Surat itu aku perhatikan, terlihat tulisan tangan rapi, seperti perempuan. Belum sempat kubaca ayah memanggilku untuk mengangkat ranting pohon dimasukan ke tempat pembakaran.


-----------------

Tanya terbangun dari tidurnya, kusir kereta kuda tanya membangunkanya dari kursi depan. Ternyata Paul datang. Tanya keluar keretanya dan masuk ke kereta Paul. Paul meraih tangan Tanya. Sudah lama Paul tidak memegang tanganya. "Tanya, Maafkan aku...", "Tidak apa - apa ... kau terlambat". Paul diam saja. Keretapun berjalan menuju rumah Tanya. Tanya dan Paul duduk di kereta. Suasana begitu aneh, tak pernah mereka berkelahi. Kondisi seperti ini tidak bisa dikatakan berkelahi, tapi Paul tidak mengatakan sepatah katapun.

Wanita dikaruniai intuisi yang begitu kuat. Dalam perjalanan aneh tersebut, hatinya berdebar tidak karuan. Dia tahu akan ada sesuatu yang terjadi. Kereta sampai kerumah Tanya. Paul turun menemani Tanya sampai ke pintu rumah. Fanta menghampiri Paul seperti biasa. Kali ini Paul tidak meraih Fanta, dengan perlahan berkata "Tanya, maaf... aku tidak mencintaimu. Aku tidak bisa menikah. Ada orang lain". Tanya menutup pintu, dia berjalan ke ruang makan dan duduk disana. Seorang pelayan dengan segera menuang teh di cangkirnya.

So I cry, I pray and I beg


------------------------

Kubuka surat yang belum sempat kubaca, tulisanya rapi seperti di luarnya. Aku tak mengerti ini pasti surat iseng, dari Pelayan di rumah sebelah. Aku tahu dari Frieda kalau temanya itu suka denganku. Surat ini tidak penting, bagiku yang terpenting adalah Tanya. Tanyaku yang tercinta.

Love me love me
say that you love me
fool me fool me
go on and fool me
love me love me
pretend that you love me
leave me leave me
just say that you need me



----------------------

Lelah sekali menjadi Herrmann, mengapa aku harus menjadi seorang Herrmann. Cukup sudah keluargu menjilat keluarga Richter dengan jamuan - jamuan tidak penting. Kenapa aku harus menikah dengan Tanya. Bukanya aku tidak suka dia, tetapi..
tetapi ada yang mengganjal dari pikiranku.Tiba - tiba dia muncul di mimpiku, tak pernah aku bayangkan aku bisa memikirkanya. Apa kata keluargaku, Apa kata dunia... ini adalah aib keluarga. Tetapi pikiranku tidak bisa lepas padanya.

I can't care 'bout anything but you...

----------------------

Tanya menangis sendirian di kamar, sudah 2 hari dia tidak keluar dari kamar. Hilang sudah impianya, semua harapanya dari kecil. Harapan yang ia bina dengan Paul, kekasihnya seumur hidup. Siapa yang berani mengambil hati Paul dari dirinya. Semua sumpah serapah dia ucapkan sambil menangisi kepergian Paul dari hatinya. Seandainya ibunya ada disitu pasti dia akan memeluk Tanya dan mengajaknya berlibur ke Berlin. Ayah Tanya dan kakaknya sedang pergi ke Frankfurt, mengurus bisnis baru keluarga mereka. Tiap pagi diketuk pintu kamarnya oleh para pelayan, tetapi ia menolak untuk keluar.

Dibukanya kotak berwarna maroon yang ia taruh di sebelah boneka - boneka kesayaanganya. Ada bunga yang sudah kering, inilah kado pertama dari Paul saat mereka kecil dulu. Ada juga surat pertama dari Paul saat mereka baru belajar menulis, tulisan Paul tidak berubah. Tangis Tanya tidak berhenti, malah semakin menjadi - jadi.

Lately I have desperately pondered,
spent my nights awake and I wonder
what I could have done in another way
to make you stay


-------------------------


Aku semakin menghawatirkan keadaan nona Tanya. Sudah 2 hari ia tidak keluar kamar. Tuan dan tuan muda tidak bisa kuhubungi. Apa yang terjadi wahai nona Tanya, aku disini bisa menjadi temanmu. Seandainya aku bukan pelayan, seandainya .... cuma kata seandainya yang bisa kuucapkan. Aku tidak bisa mengganti realita yang ada. Aku ingin menjadi kekasihnya, aku ingin membuat tersenyum, aku ingin menjadi Paul. Nona Tanya mengapa kau mengurung diri, siapa yang berbuat jahat padamu.


-------------------------

"Maafkan aku tanya" Paul dalam hati berkata. Tapi lega sudah hati dia. Walaupun keluar dari rumah Herrmann dan meninggalkan kemewahan yang ada. Kini dia sudah memantapkan hatinya, ia akan pergi dari kota ini. Dia ingin bersama orang yang ia kasihi, walaupun itu cuma bertepuk sebelah tangan, tetapi lebih baik dari pada membohongi diri sendiri dan membohongi Tanya.


-------------------------

Pukul 12 Malam. Paul sudah siap mengemas barang - barangnya. Dia akan kabur dari rumah dan memulai hidup baru. Menjadi dirinya sendiri dan memulai semua dari nol. Paul akan mengubur semua masa lalunya di kota baru diseberang lautan itu. Kapal akan segera berangkat, dia cepat - cepat keluar dari rumah. Begitu ia menutup pagar, dari kejauhan ia melihat seseorang yang berlari. Pikiranya sudah terlalu banyak membayangkan masa depan barunya.

Dari belakang orang yang berlari tadi, tidak mengatakan apa - apa. Seiring dengan suara langkah lari kecil itu, tiba - tiba rasa perih yang mendalam muncul. Merobek kulitnya. Merobek dagingnya. Paul terbaring, kesadaranya mulai hilang. Darahnya membanjiri jubah dan jalan di depan rumahnya. Mulut Paul terbuka dan berkata "Tut mir leid, ich liebe Fred". Paul perlahan menutup matanya dan tidak pernah membuka mata.

Orang tadi berlari 2 blok dari rumah Paul, tidak ada siapa - siapa. Ia menggali tanah di pinggiran hutan dengan dua tanganya. Ia memasukan kotak berwarna maroon di dalam lubang yang ia gali.

Reason will not lead to solution
I will end up lost in confusion
I don't care if you really care
as long as you don't go



---------------------------

Tanya kemarin malam bermimpi lagi. Kali ini dia melihat kekasihnya Paul pergi dan Tanya tidak sedih karena Paul akan selalu ada di hatinya.


---------------------------

Lovefool, Cardigans.Lovefool (Acoustic) - The Cardigans

Selasa, 07 Oktober 2008

P.S I love You

Prolog: 1930an merupakan periode yang harus diingat amerika, dimana terjadi krisis besar - besaran pertama di abad modern dan awal dari perang dunia.

-----------------------

Sejak kecil aku ingin menjadi orang yang berguna. Melihat ayahku yang seorang petani gandum dengan ibu yang sakit - sakitan, sedari aku kecil sudah sering aku membantunya tanpa disuruh. Sering kali aku membantu ayah membajak ladang dengan mesin pembajaknya itu. Saat itu pekerjaan ayahku berjalan baik - baik saja sampai sekitar tahun 1930, negara mengalami Depresi Hebat, saat itu aku baru berumur 10 tahun. Ayah tampak semakin kesulitan, harga - harga semakin naik dan harga gandum ayah turun drastis. Kudengar di radio bahwa seluruh dunia terkena dampak dari Depresi Hebat di negaraku Amerika.

Walaupun begitu, aku dan keluargaku masih bisa hidup dengan hasil kebun kami yang seadanya. Saat itulah aku mengenalnya Donna Perkins. Kudengar perusahaan ayahnya di New York bangkrut, ayahnya adalah pialang saham dan harga saham katanya turun. Aku tidak tahu apa-apa, aku cuma mendengar bisik - bisik ibu dan teman - temanya saat mereka bermain poker dengan bertaruh roti.

Jarang sekali aku melihat anak sesusiaku di daerah ini, rata - rata masih balita dan aku yang tertua di daerah ini, kedatangan Donna Perkins membuatku bahagia. Walaupun aku tidak tau orangnya seperti apa tapi pasti menyenangkan. Aku melihat Donna berjalan di depan rumahku, sepertinya ia sedang sendirian. Kuberanikan untuk menyapanya, "Kamu Donna Perkins kan? Kamu dari New York?" Ucapan polos dari mulutku karena aku ingin punya teman baru. "Iya, kamu siapa?" Suaranya lembut. "Namaku Sam, Sam Allitson... aku tinggal dirumah ini. Nenekmu sangat baik" entah kenapa aku bawa nama neneknya padahal kenal saja tidak, yang kutahu neneknya suka menyirami bunga di pekaranganya.

Itulah perkenalanku dengan Donna, kami berangkat sekolah bersama. Kami tinggal di Dallas, negara bagian Texas. Kala itu sekolah agak jauh untuk berjalan kaki, sejak ada Donna aku selalu memboncengnya dengan sepedaku walaupun lebih lelah tetapi aku merasa senang. Saat aku berumur 13 tahun, Franklin Delano Roosevelt terpilih menjadi presiden, aku suka dia, sepertinya mukanya baik. Begitupun kata ibu, ia berperilaku baik. Donna juga, ia bilang sering bertemu Roosevelt ketika tinggal di New York. Di radio aku juga mendengar bahwa ada orang hebat bernama Albert Einstein yang bermigrasi ke Amerika, kudengar dia menemukan sesuatu yang bernama Atom. Dan aku yakin itu sangat hebat. Kelak aku ingin menjadi orang yang hebat seperti Roosevelt dan Albert Einsten.

Umurku sudah 20 tahun, aku ingin melanjutkan ke universitas, begitu pula Donna. Tetapi ada yang menghalangiku, yaitu keinginanku untuk berguna, bagi negaraku Amerika. Kuputuskan menjadi bagian dari AL. Selama ini memang tidak sia - sia aku mengayuh sepeda bersama Donna ke sekolah. Fisiku yang kuat memudahkan aku diterima di Angkatan Laut. Di Camp aku bertemu banyak teman baru, Bark dari Alabama dan Thomas dari Washington. Thomas adalah orang perancis dia banyak bercerita tentang perjalanan hidupnya. Sayang sekali Thomas tidak bisa melanjutkan pelajaran menjadi AL, sepertinya dia bermasalah dengan kantor imigrasi. Kini aku dan Bark sudah di tempatkan di Hawai, daerahnya cukup panas. Hampir saja aku melupakan Donna, saat di Camp aku sudah cukup terisolasi oleh dunia luar hingga tidak sempat mengirim surat.

Hari pertama aku ditempatkan di kapal bernomor 737, memang bukan kapal utama tapi disini semua menyenangkan. Aku hidup disiplin sekali tetapi disini menyenangkan, Admiralku boleh galak tetapi dia baik sekali. Malam harinya aku menuliskan surat pada Donna, teringat saat itu.. aku memang tidak pernah mengatakan cinta padanya tapi aku aku mencintainya dan diapun sebaliknya.

As I write this letter,
Send my love to you,
Remember that I'll always,
Be in love with you.


Sebagai anak baru, sudah tugasku untuk mengepel dek lantai. Sayangnya aku belum memiliki teman di kapal ini. Semua sibuk dengan tugasnya masing-masing. Saat itu aku melihat di seberang kapalku, ada kapal lain. Aku melihat Bark, sedang mengangkat jangkar. Terlihat dari wajahnya aku tahu Bark sedang ada masalah. Walaupun baru mengenalnya tetapi dia sudah kuanggap saudara laki - lakiku. Di malam hari aku tidak bisa tertidur. Aku rindu rumah, aku rindu Donna. Tidak pernah kurasakan homesick separah ini tiba - tiba aku ingin sekali pulang dan membantu ayah membajak sawah. Kupenjamkan mataku mencoba untuk tidur. Teringat suratku kemarin, tidak mungkin sampai satu hari, perlu seminggu lebih untuk sampai ke Dallas. AKu tidak tahan lagi, kuambil secarik kertas dan kunyalakan lampu pijar dikamarku,

Treasure these few words 'til we're together,
Keep all my love forever,
P.S., I love you.
You, you, you.


aku tidak bisa berkata - kata, tetapi menulis untuk Donna adalah obat mujarab bagiku.

Sudah hampir 3 bulan aku disini, Aku sudah mempunyai beberapa kenalan dari berbagai divisi, dan aku juga tetap berteman dengan Bark. Setiap hari Senin, kami latihan evakuasi darurat. Aku dengar negaraku akan melawan orang Asia. Aku bahkan tidak pernah melihat orang Asia, secara langsung, hanya dibuku saat aku sekolah dulu dan Donna selalu bermimpi untuk kesana. "Tak mungkin kita kalah" ujar teman baruku di kapal,Jonathan. "Amerika adalah negara terkuat, apalagi tempat kita adalah markasnya" Robert menimpalinya, aku diam saja dan tidak ingin memikirkanya, saat itu makan siang. Aku sudah bosan dengan menu ikan, aku suka ikan tapi jika selama 3 bulan makan ikan terus apakah kamu tidak bosan. "Persetan dengan Jepang! bisa apa dia!" Jonathan mengakhiri pembicaraan. Jepang? yang kutahu itu adalah negri dimana orang - orangnya masih berperang menggunakan pedang, bagaimana mereka bisa berperang dengan kita. Aku memang tidak banyak tahu, tapi setidaknya aku sedikit tahu.

Bulan ke 4, aku menerima surat balasan pertama dari Donna. Ia sepertinya sehat - sehat saja dan merindukanku. Musim semi nanti dia akan kuliah. Dia menceritakan apa yang terjadi dalam hidupnya. Kadang kala aku sedih, ingin mendapinginya. Latihan evakuasi semakin gencar dilakukan dari seminggu sekali menjadi 3 kali seminggu. Saat itu aku terbangun tiba - tiba... ada rasa dalam diri untuk menangis. tetapi aku tidak tau. Aku rindu Donna. Aku rindu Ayah dan Ibu.


Pagi itu, aku pergi ke hanggar utama. Dini sekali aku pergi kesana. Semua masih terlelap, cuma beberapa orang saja yang berjaga shift malam. Pagipun tiba, dan tiba - tiba ada ledakan entah dari mana. Alarm evakuasi berbunyi bahwa kita diserang dan ini bukan latihan. Latihan selama ini berguna, aku tidak panik dan segera kembali ke pos ku. Dentuman bom - bom itu menderu di segala penjuru. Aku tidak habis pikir. Tibalah suara ledakan itu mendekat, aku terus berlari ke posku, tetapi kecepatan suara itu begitu cepat.


--------------------------------------------------------------------

Donna dirumahnya mendengar radio bahwa Jepang telah menyerang Amerika. Pearl Harbour yang merupakan kebanggan Amerika telah luluh lantak dengan serangan tiba - tiba Jepang. Donna seketika kaku dan diam, ditangganya ia membaca sepucuk surat

I'll be coming home again to you, love,
And 'til the day I do, love,
P.S., I love you.
You, you, you.


----------------
P.S I love you, Beatles

If I fell

Sudah sekitar 2 minggu Radi dan Alind aktif berSMS-an ria. Radi memang dikenal sebagai lelaki yang baik hati dan sopan dengan orang tua. Pemandangan Radi mengejar wanita bukan hal yang asing dikalangan teman - temanya, bukan karena dia playboy yang suka memainkan hati wanita, tetapi memang begitu adanya....

Alind yang selama ini terlalu sering belajar, tetapi itu bukanlah hobbynya ia hanya merasa perlu, untuk masa depanya. Ya, Alind adalah seorang yang future oriented atau sangat memikirkan masa depan. Pribadinya bukanlah pribadi seorang nerd yang sulit diajak bergaul, dia adalah seorang easy going dan ramah pada setiap orang.

Pertemuan Radi dan Alind sejak masuk semester 2 di Universitas Soedarsono yang berdiri sejak jaman kemerdekaan, sebenarnya itu bukan pertama kali mereka bertemu, tetapi pertama kali Radi sadar akan kehadiran seorang Alind. Yang ia lihat dimana dia berdiri di hadapan kelas mengemumakan pendapatnya tentang masalah mental-masyarakat-indonesia-yang-sebagian-besar-tidak-berfikir panjang, dalam forum bebas. Mereka memang satu fakultas di FISIP tetapi mereka berbeda jurusan. Wajar saja jika Radi memang tidak terlalu familiar dengan Alind. Pada saat itu Alind sudah lama mengenal Radi, cuma sekedar tahu saja sebab Alind memang mudah menghafal wajah orang, yang ia tahu Radi adalah seorang pacar dari temanya teman Alind.

"Ada satu yang berbeda dari dirinya" ucap Radi berkali - kali dalam hati mendengar Alind saat di forum bebas. Hati Radi berdegup jika ia mengingat Alind pada saat itu. Ingin sekali Radi menyapanya atau berdiskusi dengan Alind tentang ide - idenya tetapi ia urungkan niatnya karena ia takut perasan lain akan tumbuh sebab ia terlanjur terlalu sayang dengan kekasihnya, Dara.

---------

Radi merupakan pacar pertama Dara. Dara gadis lugu ini memang sudah naksir Radi sejak Radi pindah rumah di sebelah rumahnya. Bertahun - tahun Dara menaruh hatinya pada Radi, bagai dayung bersambut ternyata Radipun menyukai Dara sejak pertama kali bertemu. Pasangan tersebut kini sudah genap 2 tahun 4 bulan bersama, dan tidak ada ada orang yang bisa mengusik mereka.

Dara merupakan salah satu mahasiswi berbakat di kampusnya. Kemampuan berbahasanya melebihi rata - rata, maklum dia memang pernah tinggal di Belanda dan sekolah disana, sehari - haripun berbahasa Inggris dan Ibunya adalah keturunan Perancis. Sejak pindah ke Jakarta kemampuan berbahasa yang banyak tersebut tetap dia asah, kelebihanya ini membawa dia untuk mengikuti konfrensi antar mahasiswa dunia di London, Inggris. Persiapan yang banyakpun ia lakukan tetapi yang paling penting adalah memantapkan conversation class bersama Pak Edo, Asdos. "Panggil saya Edo saja, umur kita kan tidak beda jauh" itu ucapan pertama saat berkenalan dengan Edo. Dara saat itu tidak berfikiran apa - apa, tetapi tidak dengan Edo.

-----------

Alind sudah berkali - kali pacaran dengan pilihan teman - temanya. Ia terima saja, agar teman - temanya tidak berisik yang selalu cerewet karena Alind adalah satu - satunya single. Semua pacarnya tidak ada yang bertahan lama, ia selalu mencari alasan agar cepat putus. Tidak ada cinta yang sesungguhnya di hati Alind, kesibukanya untuk masa depan merupakan fokus utama dari hidupnya. Saat ia duduk sendiri melihat hujan, "Andai aku bisa berlari dibawah hujan ini" angan itu tiba - tiba muncul. Begitu juga kemunculan seorang pria yang berlari hujan - hujanan menuju ke arahnya. Pria itu bernama Radi. "Kunci mobil lo jatuh! punya lo kan?"


-----------

Sudah kesekian kalinya Edo dicampakan wanita. Memang sial nasibnya, impianya menjadi playboy Jakarta tinggal kenangan. Bukanya memainkan tetapi dia dipermainkan. Memiliki om seorang rektor ternyata merupakan jalan untuknya menambah uang saku sebagai Asdos. Sayang sekali, mahasiswi - mahasiswi di kampusnya itu tidak ada yang tertarik denganya, lagi - lagi nasibnya sial.

Edo tidak bodoh, dia memiliki keistimewaan. Tuhan memang maha adil, seorang Edopun punya kelebihan. Dia sangat jago dalam hal casciscus dalam bahasa Inggris, pendidikan Inggrisnya hanya berbekal pelajaran di sekolah dan menonton serial dari X-Files sampai Pimp My Ride. Om Edo yang rektor itu menugaskanya untuk melatih salah satu mahasiswi terbaik untuk mewakili negara Indonesia dalam forum Internasional. Nama mahasiswi yang kurang beruntung itu adalah Dara. " Kali ini aku yakin, pasti dia bisa aku taklukan" entah mengapa kali ini ia yakin akan bisa memainkan hati wanita.

------------

Dara adalah wanita yang memiliki harga diri tinggi. Rayuan gombal Edo tidak ada yang ditanggapi, bagaimana dia bisa menanggapi, sadarpun tidak. Sepertinya Edo benar - benar tidak berbakat. Dara hanya bisa terfokus dengan Conversation classnya dengan Edo bukan Edo itu sendiri. Kala ia bosan dengan Edo yang suka bercanda dengan rayuan - rayuan tidak pentingnya Dara yang memang tidak sadar selalu memikirkan Radi.

Edo yang merasa tertantang dengan Dara yang seperti menolaknya tetapi tidak terang-terangan. Di otak Edo terbesit bahwa Dara bermain Play hard to get. Ditengah kegenceran Edo mendekatkan dirinya dengan Dara, ia melihat kotak kaset dari balik buku Dara, Beatles. Baru kali ini dia melihat ada yang punya kaset Beatles, memang biasa saja tetapi hal tersebut merupakah hal yang sudah langka ditengah era Digital. Edo di masa kecil sudah biasa mendengar ayahnya bermain musik - musik barat. Apalagi ia pernah terharu sampai ingin menangis mendengar lagu Imagine. "Lo suka Beatles?" Edo penasaran dengan Kaset itu. "Iya!"


----------

Alind memang bukan wanita romantis, tapi dia bisa merasakan pipinya memerah. Kejadian ini begitu klise dalam film komedi romantis yang ia sering tonton dengan sahabatnya Jeanny. Tetapi ternyata hal tersebut lebih indah jika kita rasa sendiri. "Terima kasih, ini punya gw!" ucap Alind pada pria yang bersusah payah sampai hujan - hujanan. "Tidak masalah! gw Radi,lo Alind kan" pria itu membalas. Alind sudah tau dia Radi tapi Alind tidak tahu jika Radi tahu namanya. Sekejap saja mereka sudah duduk bersama berbicara mengenai masa depan.


-----------

"Kenapa?" Dara curiga, kenapa tiba - tiba Edo sakti sekali bisa membaca pikiranya padahal ia tidak menyantumkan favorite musicnya di Facebook yang kemarin baru di Add sama Edo. "Gw juga suka!!" Edo bermuka semangat seakan akan jarang ada yang suka sama Beatles. "Okey....." Dara tidak tau harus merespon apa, apakah ini bagian dari pelajaran conversation.

Esoknya pelajaran dimulai dengan menonton berita rekaman. Remakan tersebut dari tahun 2003 dimana serangan Amerika kepada Irak diluncurkan, kejahatan - kejahatan yang terjadi dirangkum menjadi sebuah dokumenter dramatis berbalut dengan lagu Imagine, tanpa sadar air mata sudah meluncur dari mata kecilnya. Begitu tersadar jika ia menangis dengan segera dia mengambil tissue, begitu ia berpaling lelaki disebelahnya pun ternyata menangis. "Ini tissue...." dia tawarkan pada Edo. Mereka pun saling tertawa.

If I fell in love with you
Would you promise to be true
And help me understand
'cause I've been in love before
And I found that love was more
Than just holding hands


--------------

Mata Radi benar - benar terbuka. Baru kali ini melihat ada orang seperti Alind, orang yang punya cita - cita. Orang yang betul - betul tau apa yang ia inginkan. Selama ini Radi tidak tahu apa yang ia inginkan, selama ini semua keputusanya selalu ditentukan oleh kedua orang tuanya, bukanya tidak boleh memilih sendiri, tetapi ia tidak tahu ingin apa. Perasaan itu, dimana ia memandang Alind pertama kali kini muncul lagi. Sekarang dia tahu apa yang dia inginkan.

If I give my heart to you
I must be sure
From the very start
That you would love me mor
e than her


-------------

Sepertinya impian Edo menjadi playboy sejati dikubur dalam - dalam. Seketika ia memilih untuk mencintai 1 orang saja. Orang yang selama ini dia pikir mangsa yang bermain hard to get. Ia mulai mengenal Dara yang dia pikir pura-pura mau tapi mau. Dara anak yang sangat polos, innocent, dan manis. Edo kini membuang semua cita-citanya karena rasa sayang itu tumbuh. Rasa sayang dimana tidak ingin menyakiti mahluk tuhan manis ini. Edo benar - benar jatuh cinta. Edo tidak ingin main - main lagi. Yang ia inginkan cuma ingin bersama Dara.


If I trust in you, oh please
Don't run and hide
If I love you too, oh please
Don't hurt my pride like her
'cause I couldn't stand the pain
And I would be sad if our new love was in vain



-------------

Alind sudah merasa jika Radi menyukai dirinya, dia tidak mau GR tetapi, apa maksudnya jika Radi selalu SMS dengan pertanyaan WH question ditambah dengan Verb-ING seperti what are you doing. Berbeda dengan yang lain Alind malah senang dan menunggu sms dari Radi. Tidak pernah dia se-excited ini seperti dia menunggu ulangan di bagikan karena dia tahu dia dapat 100. Sms dari Radi lebih dari itu, Alind bagaikan dapat 1000.

Malam itu tepat jam 10 malam, Radi datang kerumah Alind. Mengembalikan semua yang dia pinjam dari DVD sampai pulpen yang dia pinjam saat tes mid semester. Tibalah saatnya Radi menyatakan semua, apa yang ia rasakan selama ini. Alind tau ini akan terjadi dia hanya tersenyum dan tertawa tersipu. Malamnya di Facebook sudah ada news feed yang bertuliskan Alind and Radi are in Relationship.

-----------------

Sepulangnya dari London Dara, Ia melihat Edo bersama keluarganya didepan terminal kedatangan. Ia berlari memeluk Ayah dan Bundanya, dan juga Edo. Sekarang Edo sudah dianggap keluarga dari Ayah dan bundanya ternyata bakat bacot Edo sangat bisa mendekatkan dia dengan orangtua Dara.

-----------------

Tahun 2000. Di Sebuah SMA swasta di Jakarta pusat. Edo adalah anak baru di sekolah ini. Belum terpikir di pikiranya untuk menjadi Playboy Jakarta. Jeanny, teman sebangkunya mengenalkan dia dengan seorang temanya yang lumayan cantik, tak lama mereka pun resmi pacaran. Tak lama juga, pacarnya memutuskan hubunganya dengan alasan dia suka dengan orang lain. Edo yang pertama kali di campakan itu merasa bahwa mantan pacarnya sebenarnya masih suka denganya. Sering kali dia mendapati mantanya itu memerhatikan dia jarak jauh. Ya, dia yakin mantan pacarnya itu menyesal. Sejak itu dia terobsesi menjadi Playboy.


-----------------

Malam itu bagaikan malah terindah bagi dara dan juga terpedih, dia memutuskan pujaan sejak kecilnya untuk mendapatkan pangeran realita. Tak pernah Dara sangka bahwa kini ia menjadi orang yang jahat. Tapi ia tidak bisa membohongi dirinya. Hatinya sudah di curi oleh Edo. Sulit sekali bagi Dara untuk mengatakan hal ini pada Radi yang selama ini terlalu baik baginya. Tetapi baik tidak lah cukup, begitulah manusia. Sudah tidak ada yang menghalangi cinta Edo dan Dara.

Edo kini tidak segan - segan mengatakanya di depan semua orang, dia ingin Dara tau bahwa ia cukup pantas bersama Dara. Dia merasa tidak ada wanita yang pantas bersanding dengan dirinya kecuali Dara, karena itulah tidak ada yang cocok bersama dirinya. Ternyata dia tetap angkuh, tetapi sayangnya memang untuk Dara.

So I hope you see that I
Would love to love you
And that she will cry
When she learns we are two


------------------
If I Fell, The Beatles
If I Fell - Rita Lee